0
Home  ›  Faedah  ›  Ilmu  ›  Ismael Amin Kholil  ›  Tarim

Cinta Habaib

"Cinta Habaib . Setelah membaca salah satu artikel di Fb tadi malam saya seakan tersadar dari realita yang kita alami selama ini. Meski akhir-akhir ini"


Setelah membaca salah satu artikel di Fb tadi malam saya seakan tersadar dari realita yang kita alami selama ini. Meski akhir-akhir ini banyak sekali orang yang dengan lantang mengaku sebagai pecinta Habaib, saya makin meyakini bahwa cinta Habaib itu tidak semudah yang kita bayangkan.


Saya pernah mendengar sebuah pesan dari guru saya Mufti Tarim Al-Marhum Habib Ali Masyhur :


“ mencintai Habaib itu bukan karena ilmunya, bukan karena akhlak mulianya, tapi karena darah Rasulullah Saw yang mengalir dalam diri mereka “


Habib Zein Bilfagih dengan humor khasnya waktu itu juga pernah berpesan kepada kami :


“jika yang dimaksut dengan mencintai Habaib adalah “hanya” mencintai sosok-sosok seperti Habib Umar, Habib Abdul Qodir Assegaf, dll maka siapapun juga bisa, bahkan setan-pun juga bisa “


Itu artinya -pada hakikatnya- cinta habaib membutuhkan hati yang bersih dan lapang serta ketulusan tingkat tinggi dan husnudzon yang tak sembarangan. 


Karena di tingkatan itu kita dituntut untuk mencintai mereka dengan warna-warni sifat dan prilaku yang mereka miliki, 


Tanpa membedakan dan memilah satu persatu. Satu hal yang menurut saya hanya bisa dilakukan oleh para kekasih Allah yang dikaruniai ketulusan hati yang luar biasa.. .


Sedangkan kita ? Kita harus jujur pada diri kita sendiri.. bahwa dalam mencintai “semua” 


Habaib tanpa terkecuali kita masih jauh dari kata “bisa”. Menghormati saja kita kadang masih berusaha. .


Memang seperti itu faktanya. Saya kenal seorang (tokoh) kiai, yang sering kali mengajak ummat untuk mencintai dan membela Habaib di media-media, 


Bahkan ia menjadikan cinta ulama dan Habaib sebagai jargon utama kampanye politiknya. 


Tapi suatu ketika ia dengan mudah merendahkan bahkan menyebarkan berita hoax tentang seorang Syarifah bermarga Alatas yang bersebrangan pandangan politik dengannya. .

 

Jujur.. Daripada orang model seperti itu, saya justru lebih sreg dengan pengakuan tulus Gus Rijal : .

.

“ kalau saya diminta mencintai semua Habaib tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, dari yang berkarakter lembut hingga yang keras dan berpolah tingkah aneh-aneh, jujur saya belum bisa. Hati saya masih keras. 


Tahapannya masih berusaha. Itupun terengah-engah. Kalaupun diberi ancaman seperti “Nanti nggak bakal dapat syafaat Rasulullah” atau “Bisa kuwalat lho!” 


dan ancaman-ancaman lain, level saya masih tertawa, belum bisa bergidik ngeri atau menangis. 


Sebab, sekali lagi, saya masih berusaha mencintai para dzurriyah Kanjeng Nabi dengan kerinduan dan kekaguman para pecinta, bukan ketakutan seorang budak yang diancam dengan doktrin “ 


Pada akhirnya, terkait hubungan kita dengan para Dzurriyah Kanjeng Nabi, kita harus memiliki prinsip : .


“ kita harus selektif dalam memilih Habaib yang akan kita jadikan tauladan dan panutan -yang kelak akan kita ceritakan sifat-sifat mulia dan akhlak luhurnya kepada anak-anak cucu kita- . 


Tapi dalam menghormati dan (usaha) mencintai mereka, kita tidak bisa memilah-milah, karena sekali lagi perintah untuk menghormati dan mencintai mereka itu ada karena faktor genetik(keturunan). 


minimal jika kita sadar bahwa dalam mencintai kita masih terengah-engah dan kesulitan, Maka kita tetap wajib menjaga Rasa Ta’dzhim dan hormat dengan tidak membenci, menghina, apalagi merendahkan. 


Dan sekali lagi menghormati dan mencintai Habaib bukan berarti membenarkan kesalahan atau menshahihkan kebathilan “ .


Jadi tetaplah berusaha untuk menghormati dan mencintai semua Ahlul Bait tanpa terkecuali, tapi jangan mudah mengaku-ngaku.. 


Lebih baik kita menyadari lalu mengakui suatu kelemahan daripada mengaku cinta tapi tanpa ( Kita sadari ) itu hanyalah ungkapan palsu yang penuh dengan kemunafikan, bertolak belakang dengan realita dan kenyataan. .


و كل يدعي وصلا بليلى * و ليلى لا تقر لهم بذاك .


“ Semua mengaku dekat dengan Laila tapi Laila sama sekali tidak membenarkan pengakuan mereka “ .


رب فانفعنا ببركتهم * و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم * و معافاة من الفتن .


Sumber : Ismael Amin Kholil, 28 Mei, 2020


Posting Komentar
Additional JS