Corona dan Krisis Kemanusiaan
"Corona dan Krisis Kemanusiaan . Imam Abdul Wahhab As-Sya'roni berpendapat bahwa seseorang tidak bisa dinamakan manusia yang sesungguhnya kecuali jika "
" Imam Abdul Wahhab As-Sya'roni berpendapat bahwa seseorang tidak bisa dinamakan manusia yang sesungguhnya kecuali jika ia turut bersedih,
berduka cita dan bersimpati kepada semua golongan manusia atas musibah dan bala' yang dialami oleh mereka. Karena kemanusiaan itu erat dan satu,
Kebaikan dinikmati bersama, sakit dan duka juga dipikul bersama..
Maka seseorang yang dengan santai tertawa, bersenang-senang dengan istri atau bahkan pergi jalan-jalan ke tempat wisata tatkala merambahnya musibah dan bala',
maka ia dan binatang adalah sama..
"
Banyak saudara muslim kita yang kehilangan nurani dan rasa kemanusiaannya di awal merebaknya Virus Corona..
Alih-alih bersimpati dan
berduka, mereka justru bertakbir dan bersuka cita.
Tatkala Virus Corona pertama kali muncul di China, banyak
dari mereka bersorak gembira, mereka berkata :
" Allahu Akbar ! Rasain tu tentara Allah yang
dikirim untuk membalas dendam atas apa yang kalian perbuat kepada Ummat Islam
Uighur ! "
Toh padahal kebanyakan korban yang terjangkit Virus
adalah warga sipil yang tak tau menahu dan nggak ikut-ikutan konflik disana..
( Habib Ali ketika itu bahkan sampai berkomentar bahwa
rasa gembira, tidak simpati atau bahkan nyinyir atas apa yang dialami para
korban virus Corona di China adalah tindakan diskriminatif yang tidak ada
kaitannya dengan agama, moral dan kemanusiaan )
Ketika Virus mulai masuk dan menyebar luas di Iran,
mereka semakin menjadi-jadi, dengan pongah mereka berkata :
" Mampus kalian orang-orang Syiah ! Itu adalah Adzab
yang dikirim Allah untuk kalian ! "
Ketika Virus mulai menyebar di Negara-negara Islam
termasuk Saudi, suara-suara itu perlahan mulai terdengar lirih..
Ketika Virus mulai masuk ke Indonesia, Negara mereka
sendiri.. Suara-suara kepongahan itu nyaris tidak terdengar lagi, meskipun
masih ada sebagian orang yang masih saja menemukan target untuk dikambing
hitamkan :
" Ini gara-gara Rezim Dholim.. Ini gara-gara
pemerintah yang korup dan bla-bla-bla.. "
Tidak ada yang rela menyalahkan diri mereka sendiri
seperti yang diperbuat ulama kita dulu tatkala Bala' dan wabah menyebar
dimana-mana..
Saya seringkali mendengar Habib Umar bercerita tentang seorang ulama -kalo gak salah namanya Yusuf Bin Asbat - . Tatkala itu terjadi paceklik berkepanjangan di desanya.
Karena terkenal sebagai sosok yang alim dan
zuhud, Orang-orang mendatanginya untuk meminta doa agar Allah segera menurunkan
hujan. Namun ia malah menangis dan berkata :
" Aku takut jika aku yang berdoa.. Bukannya hujan
air , malah hujan batu yang akan turun atas kalian sebab diriku yang pendosa
ini " jawabnya..
Di malam harinya salah satu penduduk desanya bermimpi mendengar
sebuah panggilan :
" Sesungguhnya Allah akan mengangkat bencana ini
karena barokah Yusuf Bin Asbat. "
Ada juga seorang ulama yang bernama Atho' As-Saliimi.
-
Bisa dibuka dalam kitab Tanbihul Mughtarrin karya Al-Imam As-Sya'rani Hal 57-.
Beliau ini jika terjadi bencana alam di desanya, ia akan mendadak demam,
wajahnya pucat pasi, ia lalu berkata :
هذا بذنوب عطاء لو أنه خرج من بلادهم لماخرج عليهم البلاء لولا عطاء لاستراح الناس
"
ini semua gara-gara dosaku, jika aku keluar dari desa ini, maka tak akan ada
bencana yang menimpa mereka. (Kasihan mereka) jika aku tidak hidup di desa
mereka, maka mereka akan hidup tenang tanpa bencana "
Rasulullah Saw sendiri ketika beliau dipersekusi di Thaif, beliau dihina, dicaci, dilempari batu sampai kedua kakinya bermandikan darah,
Beliau menunduk menangis
dan mulai berdoa dan mengadu, tapi bukan kejahilan dan kedzaliman penduduk
Thaif yang beliau adukan dan keluhkan, Rasulullah malah berkata :
" اللهم إني اشكو اليك ضعف
قوتي و قلة حيلتي و هواني على الناس و على المخلوقين "
"
Ya Allah.. Aku mengeluhkan padamu kelemahanku, ketidak berdayaanku, dan
kehinaanku di hadapan mahluk-mahlukmu.. "
Kalian
tau ada satu sosok dalam Al-Quran yang suka menuduh orang/golongan lain sebagai
biang turunnnya bala' dan musibah ?
Orang
itu bernama Fir'aun
فإذا جاءتهم الحسنة
قالوا لنا هذه و إن تصبهم سيئة يطيروا بموسى و من معه
Dalam
Kitab-kitab tafsir disebutkan :
فإذا جاءت آل فرعون العافية والخصب والرخاء وكثرة الثمار,
ورأوا ما يحبون في دنياهم (قالوا لنا هذه)، نحن أولى بها (وإن تصبهم سيئة)، يعني جدوب
وقحوط وبلاء (يطيروا بموسى ومن معه) يتشاءموا ويقولوا : ذهبت حظوظنا وأنصباؤنا من الرخاء
والخصب والعافية مذ جاءنا موسى
"
Fir'aun dan pengikutnya, ketika mereka diberi kesehatan, kemakmuran,
tanah-tanah subur, pohon-pohon berbuah lebat, mereka berkata :
"
kami berhak mendapatkan semua ini, ini semua karena "barokah"
kami.."
Namun
jika datang bencana dan musibah, tanah-tanah kering, hujan tidak turun mereka
akan berkata :
"
ini semua gara-gara Musa dan pengikutnya.."
Mari sama-sama merenung dan berfikir.. Daripada mengkambing hitamkan individu atau golongan lain,
Belajarlah mencurigai diri kita sendiri, Jangan-jangan penyebab
utama turunnya wabah ini adalah nurani dan kemanusiaan yang tanpa kita sadari
mulai hilang perlahan dari hati kita..
Sumber : Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 21 Maret, 2020