Tinta ulama akan ditimbang dengan darah syuhada maka tinta ulama pasti lebah berat dan unggul daripada darah syuhada, lalu bagaimana jadinya kalau tinta ulama dan darah syuhada di campur lalu di aduk jadi satu pasti timbangannya lebih luar biasa lagi, demikian itu ada pada diri Syaikh Nizar ar-royan al-asqolani beliau diantara ulama hadits yang langka, stog sekelas beliau kian menipis, bagaimana tidak, lumrahnya alim ulama lebih banyak berkecimpung di medan fatwa, mengajar, berdakwah, berjibaku dengan kertas dan pena, berbeda dengan Syaikh Nizar ar-royan, sang pakar shahih Bukhori satu ini, di tengah kesibukan mengajar dan menulis beliau juga ada di garda terdepan jihad memanggul senjata di wilayah Jabalia Gaza Palestina . 

Dalam kitab " Inaratu al-mashobih Li qori'i al-jami' as-sohih " Syaikh Muhammad wail al-hanbali berkisah bahwa Syaikh Nizar ar-royan pernah di jebloskan dalam jeruji besi zionis Israel dan ajaibnya beliau selalu membawa kitab shahih bukhori, beliau tak pernah berpisah dengan kitab tershohih setelah Al-Qur'an itu, dia mengaku merasa damai dan tenang jika senantiasa bersama shahih bukhori. Bahkan beliau menghidupkan ngaji periwayatan shahih bukhori di tempat yang jarang di lakukan oleh siapapun di muka bumi ini yaitu di tengah panasnya suasana Ribath di perbatasan Gaza. Beliau pernah ditanya mana malam terindah yang pernah kau lalui, ia jawab, malam dimana aku sedang siap tempur dalam suasana Ribath dan ketika itu aku asyik membacakan shahih bukhori bersama Dr Abdul Aziz ar-rantisi (pemimpin h4m4s saat itu, ar-rantisi telah pergi, insyaallah syahid juga).

Syaikh Nizar ar-royan ini benar-benar Masya Allah, beliau juga punya rutinitas majlis riwayat shahih Bukhori dengan empat istrinya, hebat bukan. Kali ini aku membaca karya beliau, buku yang berjudul "ahadis asy-syahadah wa asy-syahid", sependek yang aku tahu ini buku terlengkap dari karya-karya tentang syahid dan syuhada sebelumnya seperti karya as-suyuti, al-qinauji dan al-ghumari, silahkan kamu bandingkan sendiri ya

Dalam muqoddimah beliau mengucapkan syukur setinggi-tingginya kepada Allah karena telah menciptakan beliau menjadi penduduk Palestina, bumi ribath yang di berkahi, sebagai warga bumi para nabi tersebut beliau sangat bangga, penyusunan buku sangat rapi dan sistematis, tercium aroma harum kalau ia memang sangat piawai di bidang hadits dan fiqh hadist

Di lembaran terakhir, di penutup buku, beliau menulis

Dengan tulus beliau memohon kepada Allah agar di beri nikmat mati syahid di akhir hayatnya. Benar, doa beliau di ijabah Allah, bertepatan hari Kamis waktu ashar tahun 1430 H rudal zionis Israel menghantam kediaman beliau di Gaza, seketika beliau menjemput syahidnya, tidak sendiri tapi sekaligus bersama empat istri dan beberapa anak-anaknya. Semoga Allah merahmati beliau, seorang alim mujahid yang telah menghabiskan umurnya dengan memperjuangkan agama ini .