Habib Ali Al-Masyhur dalam kenangan
"Habib Ali Al-Masyhur dalam kenangan . “ Rajulun min Ashri salaf “ begitulah komentar guru saya Syaikh Mukhtar Jamil tentang sosok Al-Marhum Habib Ali "
Yang lebih menakjubkan lagi semua itu beliau lakukan dengan kekurangan fisik yang beliau miliki disamping usia beliau yang sudah sangat tua (beliau wafat pada usia 81 tahun) hari ini saya juga baru tau dari Habib Hadi bahwa selama ini Habib Ali Masyhur memakai lutut palsu dari plastik,
Ternyata sejak dulu lutut beliau hancur dipukul dengan balok oleh orang-orang komunis karena beliau menyembunyikan kitab-kitab guru beliau yaitu Habib Alwi Bin Syihabuddin. .
Ketika beliau berobat ke Jordania para dokter disana bahkan terkejut, menurut mereka seharusnya beliau lumpuh karena pembusukan di lutut beliau akibat plastik yang sudah lama tidak dicabut.
Tapi itulah tanda kuasa Allah dan pertolongan-Nya untuk para
kekasihnya, Habib Ali Masyhur tetap mengajar dan berdakwah siang malam tanpa
lelah dan tanpa mengeluhkan sakit di bagian lututnya (Sejak dulu Beliau memang
tidak pernah mengeluh sakit sama sekali bahkan pada keluarganya sekalipun)
Mengenai semangat Habib Ali
Masyhur yang sangat luar biasa di dalam memberi manfaat untuk orang lain,
Al-Marhum Habib Mundzir Al-Musawa pernah menceritakan pengalamannya :
“ Salah satu dari guru
saya, Al Habib Ali Masyhur bin Hafizh beliau adalah mufti Tarim dan kakak guru
mulia kita Habib Umar bin Hafizh. Dimana ketika itu masih zaman perang maka
sangat sulit untuk kita mendapatkan kendaraan, sehingga beliaulah yang datang
kepada kami dengan kendaraannya untuk mengajar kami
Ketika itu bulan Ramadhan,
dimana kebiasaan orang-orang disini mereka pada pulang kampung. namun di Tarim
pada bulan Ramadhan majelis ta’lim terus berjalan, bahkan di sore hari Idul
Fitri atau Idul Adha mereka tetap mengadakan ta’lim.
Kemudian Habib Ali Masyhur
menentukan akan diadakan ta’lim di bulan Ramadhan setiap jam 11 siang sampai
12.30 yang kebetulan waktu zhuhur ketika itu adalah jam 1 siang dan di waktu
itu panas matahari sangat terik yang panasnya bisa mencapai 45 C .
sehingga jika telur mentah
dipendam di dalam tanah maka setelah 10 menit telur itu menjadi matang. disana
ketika menjemur pakaian pun tidak berlalu waktu lama pakaian telah kering.
Di suatu hari kita para
santri telah berkumpul menunggu kedatangan beliau. namun hingga jam 12 beliau
belum juga datang. akhirnya pada jam 12.30 beliau datang. dengan wajah yang
memerah dan penuh keringat beliau berkata : .
“ Maafkan saya, maafkan saya
karena mobil saya rusak sehingga saya harus berjalan kaki ”
Subhanallah ! Beliau datang bukanlah untuk belajar akan tetapi untuk mengajar, namun beliau rela berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 2 Km dan usia beliau yang sudah terbilang tua,
Padahal beliau bisa saja menghubungi kami dan meminta supaya santri saja yang datang ke tempat beliau sebab mobil beliau rusak, atau untuk saat itu ta’lim diliburkan dulu atau yang lainnya.
Namun beliau tidak melakukan hal tersebut, demikian indahnya akhlak guru-guru kita para ahlul ilm. "
Kami juga memiliki pengalaman yang nyaris sama seperti kisah Habib Mundzir, ceritanya ketika itu kami menunggu Habib Ali Masyhur pada malam 17 Ramadhan dalam acara Khotm Al-Quran di Darul Musthofa,
Pada malam itu biasanya Beliau yang menjadi Imam
Sholat Tarawih, namun ketika itu ternyata Habib Umar yang menjadi Imam,
sedangkan Habib Ali baru datang setelah Tarawih dan menghadiri acara khotm
bersama kami sampai selesai.
Ternyata di malam itu, setelah isya’ beliau sudah bersiap untuk menghadiri Tarawih bersama kami. ketika beliau masuk kamar mandi, tidak seperti biasanya beliau lama di dalam, biasanya beliau tidak pernah terlambat dan selalu tepat waktu.
Karena beliau tak kunjung keluar dan tak menjawab, akhirnya pintu kamar mandi didobrak, ternyata beliau jatuh tak sadarkan diri, kepala beliau juga bergelimangan darah. Segera saja beliau dilarikan ke Rumah sakit dan akhirnya beliau mendapat beberapa jahitan di kepala.
Ketika keluar dari Rumah sakit malam itu juga,
beliau tidak pulang untuk beristirahat di rumahnya, tapi beliau ( yang baru saja
mendapat beberapa jahitan di kepalanya ) langsung menuju Darul Musthofa untuk
menghadiri acara khotm Al-Quran bersama kami !
Begitulah kami mengenal
Habib Ali Masyhur sejak dulu.. beliau seakan tak mengenal rasa letih dan lelah
di dalam mengajak manusia ke Jalan Allah
dalam usia yang sudah sangat
sepuh beliau tetap istiqomah melakukan kebaikan-kebaikan yang bahkan mereka
yang usianya jauh lebih muda-pun akan menyerah untuk melakukannya.
Sehari sebelum wafat beliau masih sempat menghadiri Sholat Id bersama para santri Darul Musthafa, di Hari itu kondisi fisik beliau memang sudah melemah. dan Kemarin malam, setelah Maghrib beliau berwudhu’ dan menjamak sholat maghrib dan Isya’.
beliau lalu membaca Ratib dan menyuruh keluarganya untuk membaca Qosidah-Qosidah para Habaib Ba’alawy,
terakhir beliau meminum air Zamzam dan mengisyaratkan Kalimat Syahadat, saat itu juga Ruh beliau terbang untuk melepas rindu kepada Allah Penciptanya.
Tarim menangis karena kehilangan sosok termulianya, bahkan dunia-pun layak berduka atas kepergian beliau. beliau bukan hanya orang tua yang mengayomi masyarakat Tarim, bahkan nyaris semua ulama dan Habaib yang ada di Tarim sekarang pernah berguru kepada beliau.
Terlepas dari itu beliau tetaplah sosok yang luar biasa tawadhu’ dan sederhana. Ketika Al-Marhum Syaikh Buthi berkunjung ke Tarim,
Beliau bahkan rela mengambil dan membawa sandal Syaikh Buthi untuk dipakaikan kepada sang empunya.
Kezuhudan beliau juga sangat jelas ketara, Sejak dulu pakaian beliau sangat biasa dan sederhana, mobil beliau juga itu-itu saja,
mobil suzuki “mini” berwarna putih yang selalu beliau bawa kemana-mana. Ketika ada seseorang memberinya mobil mewah Landcruiser yang harganya miliyaran itu,
beliau menerima tapi kemudian malah memberikannya kepada Habib Umar adiknya.
Aaah.. apalagi yang bisa
dituliskan tentang keagungan sosok beliau ? Rasanya jutaan huruf sekalipun tak
akan cukup untuk mewakili dan mengungkapkan.
Kita sedih, kita
kehilangan.. namun bagi beliau kematian justru adalah puncak kebahagiaan.
Keadaan beliau sekarang persis seperti bait-bait Imam Al-Haddad yang seringkali
Habib Umar sampaikan :
“ Kematian bagi para kekasih Allah adalah sebuah Anugrah, Dengan itu mereka mendapatkan semua yang mereka impikan, Mereka merayakan pertemuan mereka dengan Allah yang sudah sekian lama mereka Rindukan,
Mereka juga mendapatkan Ni'mat-ni'mat abadi dan tak mengenal lagi kegundahan “ .
Selamat jalan Habib ... Selamat menikmati perjalanan indahmu ... Semoga kami disini -yang masih sibuk dengan kebodohan,
kelalaian dan dosa-dosa- bisa meniti jejak-jejak agung yang
selama ini kau tunjukkan .
Allah Yarhamak ... Wa Yuqoddis
Sirrak
* Sumber : Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 26 Mei, 2020