Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadar
"Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qadar . Berkata Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad dalam Kitab Nasaih Ad Diniyyah prihal "
Berkata Al Habib Abdullah bin Alawi Al
Haddad dalam Kitab Nasaih Ad Diniyyah Prihal keutamaan 10 hari terakhir Bulan
Ramadhan :
Keutamaan sepuluh hari terakhir dan malam Lailatul qadar
Adalah diriwayatkan, bahwa
Nabi ‘Alaihis-shalatu was-salam senang menggandakan amal dalam bulan Ramadhan
lebih dari bulan-bulan yang lain.
Dan dalam masa sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan pula, Baginda ( Nabi Muhammad SAW ) akan lebih rajin lagi beramal dari pada seluruh bulan Ramadhan itu .
Nyatalah baginda melakukan
yang demikian itu, kerana keutamaan sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadhan itu dan lain-lainnya dari bulan itu. Baginda juga telah
menganjurkan kita supaya mencari malam Lailatul qadar pada malam-malam sepuluh
hari terakhir itu juga. Para ulama rahimahumullah berkata :
Kemungkinan adanya
Lailatul qadar itu berlaku pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh
hariterakhir dari bulan Ramadhan.
Tegasnya, setiap Mu’min harus
berhati-hati menyediakan diri untuk mencari malam Lailatul qadar itu pada
setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan.
Hendaklah bersedia awal-awal lagi untuk malam itu dengan memperbanyak amal saleh, kerana yang demikian itulah menjadi tujuan utamanya.
Kelak apabila tidak saja malam Lailatul qadar, ia di waktu itu sedang sibuk dengan Amalannya, sedang tekun ber-Dzikir kepada Allah Ta’ala, tidak lalai, atau lupa, atau cuai. Jika demikianlah sikapnya pada setiap malam Ramadhan, maka tidak perlu ia menunggu-nunggu lagi malam Lailatul qadar, sama ada ia melihatnya atau tidak.
Sebab orang yang beramal dengan ketaatan Allah pada malam Lailatul qadar itu, menjadi amalannya lebih utama dari amalan seribu bulan, tidak kira sama ada ia mengetahui malam Lailatul qadar itu, ataupun ia tidak mengetahui.
Hanyasanya saya anjurkan agar
ia sentiasa berhati-hati untuk mencari Lailatul qadar dengan menyediakan diri
untuk beramal Shaleh pada setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, supaya
amalannya terliput dalam malam Lailatul qadar itu.
Para ulama telah berselisih
pendapat dalam menentukan masanya, malam yang mana satu yang dikatakan malam
Lailatul qadar. Setengah mereka mengatakan, bahwa malam Lailatul qadar itu
tidak tertentu pada satu-satu malam dari malam-malam bulan Ramadhan.
Yang lain
mengatakan, bahwa malam itu berpindah-pindah, tidak dapat ditentukan pada
sesuatu malam yang tetap.
Pada pendapat saya malam
Lailatul qadar itu tidak tertentu, dan mungkin sekali ia berlaku pada malam
yang lain daripada malam-malam sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan,
Meskipun pendapat terbanyak mengatakan bahwa kemungkinan berlakunya malam Lailatul qadar itu pada malam-malam sepuluh hari terakhir.
Memperbanyak kebajikan di
bulan Ramadhan Perbanyak-lah amal ibadat dan
perbuatan baik di bulan Ramadhan sekadar kemampuanmu, kerana kelebihan bulan
itu, dan kerana semua ganjaran Tuhan pada bulan itu adalah digandakan, di
samping pahalanya yang banyak dan kemudahan terdorongnya seseorang untuk
melakukan segala yang baik.
Tentang ganjaran
yang berganda-ganda, terdapat suatu riwayat yang mengatakan bahwa suatu
shalat sunnah pada bulan Ramadhan dikira pahalanya seperti pahala shalat fardhu.
Sedangkan pahala shalat fardhu
pula digandakan pahalanya sama seperti pahala 70 shalat pada selain bulan
Ramadhan. Alangkah bodohnya orang yang mensia-siakan peluang memperoleh
keuntungan ini, serta bermalas untuk memburu perniagaan yang tidak akan merugikan
itu .
Adapun tentang kemudahan
terdorongnya seseorang untuk mengerjakan kebajikan pada bulan Ramadhan , kerana
Nafsu yang Ammarah Bis-su’ (yang sering menyeret kepada kejahatan),
pada ketika itu sedang terpenjara disebabkan lapar dan dahaga. Manakala Syaitan-syaitan yang menggoda dan menghalang dari perbuatan baik,sedang terbelenggu, tidak dapat mengacau dan mengajak manusia untuk berbuat jahat. Lantaran itu tidak ada halangan lagi bagi seseorang untuk berbuat baik,
dan tidak ada alasan untuk tidak beramal, kecuali jika diri orang itu telah dibelit oleh kelakuan yang jahat serta dikuasai oleh sikap yang mengecewakan, mudah-mudahan kita dilindungi oleh Allah Ta’ala dari sifat-sifat ini.
Maka orang yang seumpama itu, padanya bulan Ramadhan atau bulan lainnya saran belaka, sebab dia sedang lena dan lupa kepada Allah SWT Malah ada kalanya, dia lebih lalai dan lupa akan Tuhan nya pada bulan Ramadhan khususnya dan bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana seorang Mu’min itu
harus memperbanyak amal ibadah pada bulan Ramadhan, dan berlumba-lumba untuk
mengerjakannya, demikian pula hendaknya ia mengamati diri dari melakukan dosa
dan maksiat.
Seharusnya ia meletakkan dirinya sejauh yang boleh dari
perkara-perkara yang dilarang oleh agama. Sebab maksiat dalam masa-masa yang
dimuliakan Allah SWT itu adalah dosanya amat besar dan berganda-ganda, samalah
seperti bergandanya pahala terhadap amal ibadah dan kebajikan pada masa-masa
yang mulia itu.
SUMBER : 20.
Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan dan Lailatul Qodr