0
Home  ›  Faedah  ›  Ilmu  ›  Ismael Amin Kholil  ›  Syekh Ramadhan Buthi

Kisah ayah Syaikh Buthi dan tetangganya yang pemabuk

"Kisah ayah Syaikh Buthi dan tetangganya yang pemabuk . Pada tahun 1941, Syaikh Mulla Ramadhan ayah Syaikh Buthi mendapat amanah untuk menjadi Imam "


Syekh Mulla' Ayah Syekh Ramadhan Al-Buthi


Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi

Pada tahun 1941, Syaikh Mulla Ramadhan Ayah Syaikh Ramadhan Al-Buthi mendapat Amanah untuk menjadi Imam Masjid di salah satu desa Damaskus yang bernama "Jadidah". Daerah itu terkenal angker karena dihuni banyak penjahat dan bajingan. 


Dalam kitabnya " Hadza Walidi " beliau menceritakan salah satu kisah menakjubkan tentang perjuangan dakwah sang ayah di daerah tersebut. kisah yang seringkali membuat saya menangis haru bahkan ketika menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Syaikh Buthi bercerita :


" Dulu kami memiliki seorang tetangga yang rumahnya bersebelahan dengan kami. Tetangga kami itu pernah melakukan semua jenis kemaksiatan. Selain suka mabuk-mabukan dan berkata kotor, ia juga suka berbuat zina. 


Yang lebih parah lagi suatu hari dia mendatangkan pelacur ke rumahnya, ia lalu mengundang teman-temannya agar mereka juga mendapat bagian dari pelacur itu. Setiap malam rumah tetangga kami itu selalu ramai dengan suara teriakan, suara musik, gitar, seruling dll.


Akhirnya ayahku berbicara kepada orang-orang terdekat tetangga kami itu yang mungkin bisa menasehatinya, ayahku juga mendatangi para pejabat desa yang memiliki tugas memperbaiki akhlak dan moril masyarakat. 

Namun sia-sia, Usaha mereka sama sekali tidak membuahkan hasil. 


Justru tetangga kami itu akhirnya mengetahui bahwa ayahku berusaha mencegahnya dari apa yang ia perbuat selama ini. 


Ia marah besar. pada suatu malam sebelum adzan subuh, dalam keadaan mabuk ia melempari pintu rumah kami dengan batu-batu besar. Ia juga meneriakkan Semua bentuk cacian dan sumpah serapah. 


Di pagi itu, ketika orang-orang melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid, ia melempari jama'ah dengan batu-batu dari jendela masjid.


Ayahku berkata :

" ketika aku sudah putus asa dari segala jalan dan cara, aku bertawajjuh kepada Allah dan berdoa agar Allah memberikannya hidayah dan menjadikannya orang yang baik. hal itu rutin aku lakukan di sepertiga malam.. Seringkali aku memanjangkan sujudku dan bermunajat kepada Allah demi hidayah dan kebaikan orang itu.. "

Desa "Jadidah" yang dulu adalah markas para dan bajingan kini menjadi salah satu desa dengan nuansa islami yang sangat kental, dulu ketika pertama Syaikh Mulla Ramadhan berdakwah disana, jamaah masjid masih sekitar 10 orang, 


ketika sholat dzuhur masjid bahkan kosong sama sekali, sekarang masjid tersebut sudah Berkali-kali melakukan perluasan karena tidak sanggup menampung banyaknya jama'ah.. .


Dari kisah Ayah Syaikh Buthi diatas kita bisa mempelajari satu hal, bahwa watak dan hati yang sekeras batu sekalipun bisa luluh oleh keindahan akhlak dan ketulusan doa.. Syaikh Buthi mengomentari :


" Kunci kesukesan ayahku dalam dakwahnya adalah tangisan dan doa-doa yang ia panjatkan disepertiga malam.. Andai saja para pendidik dan pendakwah tau betapa ampuhnya "senjata" ini di dalam memperbaiki kerusakan dan penyimpangan.. "


Seminggu sebelum Syaikh Mulla Ramadhan wafat, beliau bercerita kepada Syaikh Buthi :


" tadi malam aku bermimpi, dalam mimpi itu aku melihat hari kiamat dan orang-orang yang berkumpul di sekitarku. Ketika itu aku dihadapkan kepada Allah Swt, Allah berkata kepadaku :


" Engkau telah mengagungkan-Ku di dunia, sekarang aku akan memuliakanmu dan para keturunanmu "


Syaikh Mulla Ramadhan wafat pada tahun 1990, sebelum wafat beliau berpesan agar keranda yang membawa jenazahnya dituliskan sebuah bait :


أتيتك بالفقر ياذا الغنى * و أنت الذي لم تزل محسنا


" Aku datang kepada-Mu dalam keadaan faqir tak punya apa-apa wahai Dzat yang Maha Kaya * dan engkau adalah Dzat yang sampai kapanpun akan berbuat baik kepada hamba-Mu "


Sejarah hidup Syaikh Mulla ditulis oleh Syaikh Buthi dalam kitabnya "Hadza Walidi", yang bagi saya adalah karya terbaik beliau yang benar-benar menguras emosi pembaca.


*Sumber :  Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 21 April, 2020

Posting Komentar
Additional JS