Kisah ayah Syaikh Buthi dan tetangganya yang pemabuk
"Kisah ayah Syaikh Buthi dan tetangganya yang pemabuk . Pada tahun 1941, Syaikh Mulla Ramadhan ayah Syaikh Buthi mendapat amanah untuk menjadi Imam "
Desa "Jadidah" yang dulu adalah markas para dan bajingan kini menjadi salah satu desa dengan nuansa islami yang sangat kental, dulu ketika pertama Syaikh Mulla Ramadhan berdakwah disana, jamaah masjid masih sekitar 10 orang,
ketika sholat dzuhur
masjid bahkan kosong sama sekali, sekarang masjid tersebut sudah Berkali-kali
melakukan perluasan karena tidak sanggup menampung banyaknya jama'ah.. .
Dari kisah Ayah Syaikh Buthi
diatas kita bisa mempelajari satu hal, bahwa watak dan hati yang sekeras batu
sekalipun bisa luluh oleh keindahan akhlak dan ketulusan doa.. Syaikh Buthi
mengomentari :
" Kunci kesukesan
ayahku dalam dakwahnya adalah tangisan dan doa-doa yang ia panjatkan
disepertiga malam.. Andai saja para pendidik dan pendakwah tau betapa ampuhnya
"senjata" ini di dalam memperbaiki kerusakan dan penyimpangan..
"
Seminggu sebelum Syaikh
Mulla Ramadhan wafat, beliau bercerita kepada Syaikh Buthi :
" tadi malam aku
bermimpi, dalam mimpi itu aku melihat hari kiamat dan orang-orang yang
berkumpul di sekitarku. Ketika itu aku dihadapkan kepada Allah Swt, Allah
berkata kepadaku :
" Engkau telah
mengagungkan-Ku di dunia, sekarang aku akan memuliakanmu dan para keturunanmu
"
Syaikh Mulla Ramadhan wafat
pada tahun 1990, sebelum wafat beliau berpesan agar keranda yang membawa
jenazahnya dituliskan sebuah bait :
أتيتك بالفقر ياذا الغنى * و أنت الذي لم تزل محسنا
" Aku datang kepada-Mu dalam keadaan faqir tak punya apa-apa wahai Dzat yang Maha Kaya * dan engkau adalah Dzat yang sampai kapanpun akan berbuat baik kepada hamba-Mu "
Sejarah hidup Syaikh Mulla ditulis oleh Syaikh
Buthi dalam kitabnya "Hadza Walidi", yang bagi saya adalah karya
terbaik beliau yang benar-benar menguras emosi pembaca.
*Sumber : Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 21 April, 2020