Jangan terlalu mudah menilai seseorang ( Belajar dari Kisah Syaikh Buthi dan Syaikh Musthafa As-siba'i )
Dr. Syaikh Musthafa As-siba'i adalah salah satu ulama
terkemuka Suriah di zamannya. Salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin ( IM ) ini
merupakan ulama produktiv yang rajin menulis di majalah-majalah, buletin dan
memiliki puluhan kitab karangan. yang paling viral sampai saat ini adalah
kumpulan catatan fenomenalnya yang dikumpulkan dalam kitab Hakadza allamatni
al-hayat.
Kala itu Syaikhina Al-Buthi, ulama idola dan panutan saya
masih tergolong muda. Beliau sedang "panas-panas"-nya dan begitu
rajin membantah pemikiran-pemikiran para ulama yang tidak sesuai dengan
pendapatnya, salah satunya adalah Syaikh Musthafa As-siba'i. Seperti yang
dikisahkan oleh Syaikh Buthi dalam kitabnya " Syakhsiat Istqwqofatni"
dulunya beliau sering mengkritik dan membantah pemikiran Syaikh Musthafa dengan
kata-kata yang cukup pedas. Padahal ketika itu beliau masih belum terlalu
mengenal Syaikh Musthafa, beliau hanya mendengar tentang Syaikh Musthafa dari
komentar orang-orang.
Hingga tibalah suatu hari, dimana beliau diberi kesempatan
untuk menjenguk Syaikh Musthafa yang sedang terbaring sakit. Betapa terkejutnya
beliau ketika menyaksikan bahwa sosok yang selama ini beliau kritik
habis-habisan adalah sosok ulama yang sangat ikhlas di dalam memperjuangkan
dakwah Islam. Ditengah penyakit kronis yang dideritanya, beliau tak
henti-hentinya berdakwah dan menulis. Bahkan beliau masih sering memaksakan
diri pergi ke universitas untuk mengadakan seminar dan acara lainnya.
Ketika Syaikh Buthi datang menjenguk, sambil menahan rasa
sakit Syaikh Musthafa mengucapkan kalimat yang benar-benar mengubah pandangan
beliau tentang Syaikh Musthafa selama ini :
" Wahai Saudaraku.. Mungkin engkau merasa aku kesal
dengan apa yang kau tulis selama ini. Dengarkanlah.. Dalam Islam tidak ada kata
pura-pura. kita semua adalah tentara Allah yang berjuang untuk agama ini. Dan
kewajibanmu adalah menulis dan mengajak kepada hal yang kau yakini sebagai
sebuah kebenaran. Dan aku meminta dengan sangat kepadamu.. Tetaplah menulis
seperti itu ! Dengan metode, cara dan bahasa yang sama.. Selama tujuanmu murni
hanya untuk Allah semata.." .
" Aku tak akan menyembunyikan rasa sesalku ". Tulis
Syaikh Buthi." kala itu aku benar-benar menyesal mengapa baru kali ini aku
mengenal beliau ?Waktu itu aku hanya berharap semoga Allah memberikan
kesembuhan untuk beliau. Agar aku bisa membuktikan kepada beliau bahwa aku yang
selama ini selalu berbeda pendapat dan mengkritik beliau bisa berjuang bersama
beliau di dalam berdakwah dan berjihad dengan tulisan. (Bahwa) Perbedaan
pendapat bukanlah masalah.. Selama kita sama-sama mengharap ridho Allah, bukan
untuk tujuan membela nafsu dan kemaslahatan duniawi.. Namun kehendak Allah
berkata lain, beliau wafat tak lama setelah itu.. " .
.
Dari kisah ini kita belajar untuk tidak gegabah menilai dan
menjustis orang lain. Banyak dari mereka yang tak seperti "buruk"
sangka kita.. Banyak orang yang kita cap dengan pandangan negatif padahal kita
hanya mengenalnya di dunia maya saja. Kita langsung menuduh dan menghakimi
padahal kita baru melihat "sepotong" gambar saja. Lebih parah dari
itu adalah orang-orang yang mengukur dan menghakimi keimanan orang yang tak dia
kenal hanya gara-gara perbedaan pendapat atau pandangan politik.
Mungkin banyak diantara kalian yang pernah menjadi korban
" Asumsi " sesat seperti itu.. Saya sendiri pernah punya pengalaman
dituduh Syiah, Nyeleneh, Liberal, Sesat dll. Apalagi dituduh cuek dan sombong
gara-gara jarang bales Komen dan Dm.. Udah jadi makanan sehari-hari saya..😂 Padahal andai
kalian kenal @Ismaelalkholili di dunia nyata, saya nggak seseram yang kalian
bayangkan kok..tanya aja sama istri saya.. 🤣🤣
Sekian dan salam Malam Jum'at ...
* Sumber : Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 30 Januari, 2020 .